Masya allah, ternyata Seperti ini Kedudukan seorang Wanita yang Sedang Hamil Bantu Share Semoga bermanfaat

SALAH satu tujuan yang ingin dicapai setelah melaksanakan ijab kabul ialah memiliki keturunan (anak) yang saleh dan shalehah. Yaitu anak – anak yang selalu senantiasa mendo’akan orang tuanya baik ketika masih hidup maupun telah meninggal dunia. Diantara rangkaian proses yang harus dilakukan untuk memperoleh keturunan setelah melaksanakan kekerabatan suami – istri (jimak) ialah selanjutnya mengandung bakal calon bayi (hamil). Oleh alasannya beban dan tanggung jawab besar yang dipikul oleh sang ibu ketika menjalani proses hamil, ia mendapat kemuliaan dari Tuhan SWT.

Hal ini tercantum dalam QS. Al – Ahqaf (46) : 15 :

“Kami perintahkan kepada insan supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya dan menyapihnya ialah tiga puluh bulan.”

Allah SWT juga berfirman dalam ayatnya yang lain :

“Dan Kami perintahkan kepada insan (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah – tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada – Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada – Kulah kembalimu.” (QS. Al – Luqman [31] : 14).


Penderitaan dan pengorbanan yang dialami ibu jauh lebih besar dibanding ayah. Ia mencicipi mual yang luar biasa, berat badannya bertambah, membawa anaknya kemana – mana , tidur menjadi kurang nyenyak dan posisi tidur menjadi kurang enak, semuanya rela ia lakukan demi jabang bayinya tumbuh sehat dan berpengaruh dalam perutnya. Setelah hamil dan kandungannya sudah berusia 9 bulan, sang ibu harus berjuang melahirkan dan rela bertaruh nyawa semoga bayinya mampu lahir ke dunia dengan selamat. Dan selanjutnya menyapihnya selama 2 tahun. Ia merawat anaknya dengan penuh cinta, kasih sayang, kesabaran, ketulusan, dan keikhlasan.

Maka dari itu Rasulullah SAW menempatkan posisi ibu lebih utama tiga kali daripada ayah. Abu Hurairah menuturkan sebuah riwayat :

“Pada suatu hari ketika seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata : ‘Wahai Rasulullah SAW, siapakah insan yang paling berhak menerima persahabatan dan pemeliharaan yang terbaik dari saya?’ Rasulullah SAW berkata : ‘Ibumu.’ Orang itu berkata : ‘Kemudian siapa lagi?.’ Beliau berkata : ‘Ibumu.’ Ia berkata lagi : ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab : ‘Ibumu’. Orang itu berkata : ‘Kemudian siapa lagi?’ Rasulullah SAW berkata : ‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berbicara perihal orang bau tanah memang tidak akan pernah ada habisnya. Betapa sangat penting kita menghormati dan selalu berbakti pada kedua orang bau tanah kita. Berbakti kepada kedua orang bau tanah sama halnya dengan kita menggapai ridho Tuhan SWT, alasannya ridho Tuhan SWT berada pada ridho orang tua.

Tanpa adanya orang tua, tidak mungkin kita mampu berada di dunia dikala ini. Untuk membalas semua jasanya dengan semua harta yang kita miliki pun tidak akan pernah cukup rasanya. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kita. Buatlah bahagia orang bau tanah kita dengan jalan kita menjadi anak yang shaleh dan shalehah, alasannya sebetulnya itulah cita-cita setiap orang bau tanah terhadap anaknya. Janganlah hingga kita membuat mereka duka dan menangis. Karena do’a orang bau tanah sangat mujarab dan dikabulkan oleh Tuhan SWT. Dan dari riwayat Nufai’ bin Harits, Rasulullah SAW bersabda : “Inginkah kalian saya beritahukan dosa besar yang paling besar?” (sebanyak 3 kali). Maka para sobat menjawab : “Tentu, ya Rasulullah.” Maka Rasulullah SAW berkata : “Musyrik (menyekutukan) Tuhan SWT dan durhaka kepada kedua orang tua.”

Semoga dapat diambil hikmahnya..
Sumber https://shareanekainfo.blogspot.co.id/

Subscribe to receive free email updates: